Harga kertas di Indonesia diperkirakan akan mengalami tekanan dalam tiga bulan kedepan. Sebab dalam triwulan pertama tahun 2016 ini, terjadi
over supply kertas di negara China dan Thailand. Apabila kedua negara tersebut melakukan
dumping ground dengan melakukan ekspor ke Indonesia, maka nilai pasar kertas Indonesia sebesar $90 - $120 juta per bulan bakal tergerus.
Penyebab dari berlimpahnya suplai kertas di kedua negara tersebut adalah akibat permintaan ekspor dari beberapa negara mengalami penurunan. Hal ini merupakan efek berantai dari melemahnya perekonomian di sejumlah negara. Demikian inti pesan yang disampaikan oleh Rusli Tan, Ketua Umum Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia di Jakarta (31/1/2016).
Masalahnya harga kertas impor dari China yaitu hanya $900 per metrik ton. Sedangkan harga kertas industri nasional paling murah $900 - $1.100 per metrik ton. Tentu saja, selisih $200 per metrik ton berpotensi mengganggu pasar domestik. Inilah yang dikhawatirkan.
Langkah antisipasinya adalah industri kertas di Indonesia juga harus menggenjot ekspor kertasnya jika tidak ingin terjadi kelebihan pasokan. Tetapi, ini juga serba salah karena kertas China juga membanjiri pasar Asia. “Tadinya, Indonesia bisa ekspor kertas industri 1 juta metrik ton per tahun, tetapi karena diambil China, ekspor kita turun, domestik juga kehilangan pasar,” kata Rusli.
Apakah harga kertas akan turun?
Bagi para praktisi di bidang percetakan, logikanya adalah jika pasar kebanjiran suplai maka sudah semestinya harga kertas turun. Apalagi ditambah suplai dari China dan Thailand mulai masuk maka pasokan akan sangat berlimpah. Tetapi apakah logika tersebut berlaku sekarang ini? Bisa ya bisa juga tidak. Kita lihat saja nanti, biarlah waktu yang membuktikan.